Sebagian ulama menyifati perniagaan atau perkara jual beli
sebagai kegiatan duniawi yang cukup menguras perhatian sehingga sering membuat
kita lalai dalam beribadah pada Allah. Mengapa harus perdagangan? Bukankah
masih banyak pekerjaan lain yang jauh lebih sibuk daripada pedagang, seperti
dokter, pegawai pemerintahan, wartawan, dan lain-lain. Mengapa harus pedagang?
Hal ini dikarenakan aktivitas jual beli adalah aktivitas yang paling besar potensinya dalam kaitannya dengan keuntungan duniawi. Semua melulu soal harta. Dan harta adalah fitnah. Benar adanya salah satu hadits Nabi yang artinya “Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid dan yang paling dibenciNya adalah pasar” (HR Muslim no 671). Kalau kita lihat jarang orang di pasar itu sholat.
Hal ini dikarenakan aktivitas jual beli adalah aktivitas yang paling besar potensinya dalam kaitannya dengan keuntungan duniawi. Semua melulu soal harta. Dan harta adalah fitnah. Benar adanya salah satu hadits Nabi yang artinya “Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid dan yang paling dibenciNya adalah pasar” (HR Muslim no 671). Kalau kita lihat jarang orang di pasar itu sholat.
Sebuah hadits dari Abu Dzar,
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalaam bersabda yang artinya :
Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara
kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai
sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap
bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir
(Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak
kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah.
Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2
raka’at” (HR Muslim No 720)
Ada ustad yang menjadikan sholat dhuha (selama 3, 7, 40 hari berturut-turut) sebagai solusi dari permasalahan dunia seperti hutang atau kesempitan rizki. Atau dibarengi dengan sedekah sampai-sampai harus sedekah motor. Karena sempitnya ilmu, penulis sampai saat ini belum mendapati hadits terkait hal tersebut, namun penulis rasa yang dimaksud adalah hadits berikut.
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalaam bersabda yang artinya :
Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451)
Ada ustad yang menjadikan sholat dhuha (selama 3, 7, 40 hari berturut-turut) sebagai solusi dari permasalahan dunia seperti hutang atau kesempitan rizki. Atau dibarengi dengan sedekah sampai-sampai harus sedekah motor. Karena sempitnya ilmu, penulis sampai saat ini belum mendapati hadits terkait hal tersebut, namun penulis rasa yang dimaksud adalah hadits berikut.
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalaam bersabda yang artinya :
Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451)
Kekuatan Sholat Dhuha
Sholat Dhuha juga disebut sebagai
sholat awwaabiin, yang maknanya sholatnya orang-orang yang taat kembali pada
Allah. Penulis sendiri pernah memiliki pengalaman terkait sholat Dhuha.
Ceritanya barang penulis tertahan di bea cukai. Lebih tepatnya, dari sebuah
perusahaan ekspedisi (kita sebut saja inisialnya, TNT), meminta izin usaha
karena barang tersebut dianggap sebagai alat kesehatan. Bila tidak ditebus,
barang akan di-‘destroy’ (ini istilah dari orang bea cukai dan orang
ekspedisi).
Singkat cerita, penulis langsung bertandang ke kantor TNT
di Soewarna Business Park di daerah Cengkareng, dekat dengan bandar udara
Soekarno Hatta. Di sana, setiap kali kita terlihat bingung, ada saja yang
menegur dengan bertanya “Mau ambil barang apa, Pak? Bisa dibantu?” Ini sudah
bukti tegas bahwa everyone is a broker. Saya juga bertemu seorang Ibu
yang barangnya ditahan dan berusaha menggunakan cara damai alias lewat belakang. Jadi dari awal penulis sudah mengira
barang tidak akan bisa dirilis, dan dipersulit di sana-sini. Sudah frustrasi
duluan.
Waktu berjalan, penulis masih rutin sholat Dhuha 2 rakaat.
Pasang reminder di jam 9:30 pagi, supaya tidak lupa. Tak peduli dengan 3 hari,
7 hari, 40 hari, pokoknya sholat saja terus. Tidak terlalu peduli dengan barang
yang bakal kena sita negara (padahal barang hasil sitaan akan dijual oleh
oknum ke pasar di Indonesia). Selang seminggu lebih kemudian,
inilah ajaibnya. Tiba-tiba saja ada telpon dari ekspedisi lain, kita sebut saja
inisialnya DHL, yang katanya mau antar barang saya dari Spanyol, langsung ke
alamat kantor! Alhamdulillah. Tanpa birokrasi macam-macam, akhirnya barang bisa
saya terima dengan baik.
Belakangan penulis tahu, dari pihak
pengirim di Zaragoza, barang dikirim kembali ke negara asal, lalu menggunakan
ekspedisi lain (kita sebut saja inisialnya DHL) barang lalu dikirim ulang.
Setelah sampai, barang tinggal dibayar saja pajaknya. Selesai. Inilah skenario Tuhan
yang bekerja di balik layar, yang kita tidak tahu ujungnya, tapi berakhir
bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar